Surabi (dalam bahasa Sund), atau Kudapan Serabi dalam bahasa Indonesia, menjadi satu dari sekian banyak khazanah masakan tradisonal Indonesia yang tidak lekang oleh waktu.
Malahan seiring perkembangan jaman, Surabi sanggup menyesuaikan dengan keperluan, dan selera di jamannya, dan tak terkesan sebagai makanan yang kurang gaul.
Sebagai model, Surabi Bandung benar-benar populer sekali di kalangan buah hati muda yang ada di Bandung. Malahan penyajian, serta topingnya menjadi benar-benar berbagai, dan gaul.
Ada hal yang unik berdasarkan aku, apabila mengamati adat istiadat orang Sunda (tentu tak semuanya), ada semacam istilah meski telah makan Surabi, sekiranya belum makan nasi, konsisten saja akan mengatakan belum makan Bocoran Slot Gacor Hari Ini.
Sedangkan apabila diperhatikan bahan dasar pembuatan Surabi berasal dari tepung beras. Pada akibatnya, bagi beberapa orang serabi semacam makanan ringan, dan bagi beberapa lagi menjadi substitusi nasi.
Surabi atau Kudapan Serabi benar-benar populer di sebagian kota atau kabupaten di Indonesia. Seperti di :
Bandung
Solo
Betawi
Cirebon
Tanah Minang
Dan inilah pembahasan khusus perihal Surabi Bandung, atau Serabi Bandung, sebagai makanan tatar sunda yang benar-benar melegenda.
Varian Rasa Surabi Bandung
Varian Rasa Surabi Bandungsecara garis besar, macam rasa dari Surabi Bandung cuma terbagi menjadi dua rasa saja. Adalah :
1. Surabi Bandung Asin
Surabi Bandung atau Serabi Bandung yang asin, yakni surabi yang paling tenar dan melegenda diperbandingkan dengan surabi yang manis.
Tambahan toping seperti oncom, abon, dan telor kian menambah kelezatan Surabi Bandung. Apalgi apabila dimasak dalam wajan yang terbuat dari tanah liat.
Ini agak sedikit subjektif ya, Surabi Bandung yang dimasak dalam wajan tanah liat, serta menggunakan tungku, atau suluh, akan tersa lebih sedap, diperbandingkan dengan surabi yang dimasak di kompor, dan katel awam.
2. Surabi Bandung Tapi
Rasa yang ke dua dari Surabi Bandung yakni rasa manis. Di permulaan perkembangannya, Surabi Bandung yang rasa manis cuma diguyur oleh cairan gula aren, atau gula merah saja.
Paralel, seiring perkebangan jaman, toping pemanisnya menjadi benar-benar berbagai, dan bersifat kekinian, terlebih menyesuaikan dengan lidah “orang-orang kota”. Seperti :
Dan di sebagian daerah di Bandung, metode penyajiannyapun jauh dari kesan bahwa surabi yakni makan yang tertinggal jaman.
Sejarah Surabi
dengan apa yang aku sampaikan pada tulisan sebelumnya (Judul: Lontong Medan), bahwa sejarah masakan khas Indonesia, masih banyak yang belum menerima spot jelas berhubungan sejarah mulanya.
Termasuk perihal sejarah Surabi, dan sejarah Surabi Bandung. Betul sekali, apabila sebuah sejarah sekali-sekali mempunyai sudut pandang yang berbagai.